Kamis, 06 November 2008

JAGUNG GAGAL BERBUAH, PETANI TERANCAM MERUGI

Jombang – Sejumlah petani asal Desa Kalang Semanding Kecamatan Perak Kabupaten Jombang kelimpungan dan terancam merugi. Pasalnya, tanaman jagung seluas 20 hektar yang mereka tanam gagal berbuah.
Kondisi ini makin memberatkan petani sebab selain terancam gagal panen, mereka juga harus menanggung beban mengembalikan dana kredit kepada PT Dupont Indonesia, sebuah perusahaan benih yang bekerjasama dengan petani untuk membudiyakan benih jagung jenis Pioneer.

Menurut petani setempat, kesepakatan kerjasama antara petani dengan PT Dupont Indonesia berawal dari tawaran pihak perusahaan benih tersebut yang memberikan contoh-contoh hasil panen jagung jenis Pioner. Karena tertarik dengan iming-iming hasil maksimal, 35 petani yang areal lahannya berada di wilayah Dusun Ngrombot Desa Kalang Semanding sepakat menjalin kerjasama.

Dijelaskan oleh Suyitno (35), salah satu tawaran menggiurkan dan mampu menarik minat petani sehingga sepakat bekerjasama untuk menanam jagung jenis Pioneer adalah harga beli dari perusahaan senilai Rp. 2.900,-/Kg. "Awalnya petani enggan bekerja sama namun setelah ada tawaran harga Rp 2.900,- perkilogram, akhirnya petani mulai menanam jagung Pioneer tersebut,” kata ketua kelompok tani jagung Pioneer ini Kamis (6/11) siang.

Akibat kondisi tanaman jagung yang tidak memuaskan karena tidak dapat berbuah, sebagian besar petani enggan memanen jagungnya. Menurut mereka, hasil panen yang didapatkan tidak sesuai dengan biaya produksi yang sudah di keluarkan. ”Namun ternyata biaya produksi cukup besar dan jagung tidak memberi buah yang memuaskan, akhirnya petani rugi besar." Lanjut pria berputra 3 ini di kediamannya.

Suyitno menjelaskan, kerugian yang diterima petani terbilang cukup besar. Pasalnya, selain membutuhkan biaya produksi cukup besar, jagung jenis Pioneer yang mereka tanam juga membutuhkan perawatan yang rumit karena rentan dengan hama ulat.

”Seharusnya yang diberikan Pioneer jenis S namun ternyata jenis M, ini tidak sesuai sampel, sehingga kami para petani merasa dijadikan sebagai kelinci percobaan,” tandas petani yang juga ahli bikin gigi ini dengan nada kecewa.

Selain harus menanggung kerugian dari gagal panen tanaman jagung, petani setempat juga terbebani dengan keharusan mengembalikan dana kredit kepada perusahaan. Dalam salah kesepakatan antara PT Dupont Indonesia dengan petani, setiap hektar lahan pertanian yang ditanami jagung jenis Pioneer mendapatkan pinjaman tanpa bunga sebesar Rp. 3,5 juta. Pinjaman tersebut harus dikembalikan kepada perusahaan saat masa panen.

"Menurut saya, karena petani sudah mengeluarkan banyak biayanya dan sudah jelas merugi, perusahaan diharapkan secara formalitas membebaskan beban pinjaman dan memberikan kompensasi dari kerugian yang telah ditanggung petani." Tandas Suryono, petani jagung yang juga perangkat Desa Kalangsemanding.

Ia menambahkan, akibat kondisi ini beberapa petani merasa enggan untuk menanam kembali jenis jagung yang sudah membawa kerugian bagi mereka.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Jombang, Suhardy, saat dikonfirmasi menyatakan tidak begitu memahami klausul perjanjian antara petani dengan PT Dupont Indonesia. ”Yang saya tahu, itu adalah komitmen perusahaan dengan petani. Kalau memang ada masalah ya harus diselesaikan diantara meraka,” kata Suhardy. Sumber http://lakpesdamjombang.org/


Tidak ada komentar: